"BUAT BANG DOMBA IDAMAN"
KH. Hasan Abdullah Sahal
Kutulis puisi ini untuk meneriakkan cetusan-cetusan terima kasihku
Kepada Sang Raden Mas Bung Lelono (Bunglon)
"hanguntal bangsa khalifatul tamak banda"
Kaulah yang mewakili aku dan kami
Kaum frustasi, tanpa isi, tanpa misi
Kaulah bintang kami
Insan-insan tak bersibgah, tak beridentitas
Kaulah idola kami umat pengekor
Dapat jatah sapi ribuan ekor
Kaulah anutan kami generasi yang menjelma generator
Demi sesuap nasi jadi koruptor
Kutulis surat ini tuk mengucapkan dalamnya terima kasih atas sikapmu
Yang bijaksana dan bijaksini
Yang menjilat sana dan menjilat sini
Salut atas "kedewasaanmu"
Menyeberang lautan dalam perebutan.... perlombaan...
Menciptakan kemudian berpura-pura menyelesaikan keributan, kerusuhan...
Kaulah yang paling pantas jadi idola kami
Kaum munafiq apportunist, robot-robot teladan kami yang berbobot
berbobot meskipun robot-robot
Jual saja-lah amanatmu
Jual saja-lah agamamu
Kan terjaga derajat, pangkat, dan namamu
Bukan asma Tuhan-mu
Tinggalkan islam
Tapi jangan penggal ummat islam
Islam harus dipojok
Cukup didalam tas kresek
Atau dibawah jok
Mungkin terpojok
Mungkin mengorok
Ajarilah kami mengemis
Ajarilah kami mencuri
Ajarilah kami menipu
Jadikanlah ia ajaran kami
Jadikanlah ia kurikulum sekolah kami
Jadikanlah ia tradisi bangsa, warisan anak cucu nanti...
Harga diri...... Ah teori!
Kejujuran...... Ah teori!
Keadilan....... Ah teori!
Dua kali lima bole sepuluh.....
Asal komisinya dua puluh
Dua kali lima boleh sembilan.....
Asal itu-nya sepuluh
Dua kali lima cukup lima.....
Sisanya nanti diSurga
Sabarlah...! Ikhlaslah.....!
Ngono yo ngono, ning yo jo ngono....
Sabarlah... Sabarkanlah....!
Mapanlah.... Mapankanlah...!
Dua puluh, tiga puluh, empat puluh tahun.....!
Mengangguk-angguk sambil bernyanyi
Tri...li..li..., kursimu, seragam safarimu mahal...!
Tri... li... li..., mobilmu, dasimu, sorbanmu sayang kena recal!
Buru-buru turun.... baru dua puluh lima tahun
Hanya kaulah terbesar,tercepat, tertinggi
Domba-dombamu terbanyak terkuat
Bagiku dan bagi kami,
Generasi penjual diri,
Pelacur ummat Illahi......
Biar, mereka terkapar.....
Biar, mereka terbakar.....
Biar, mereka terlempar..... lapar... menggelepar....
Ummat islam kita
Harus menyingkirkan Islamnya...
Ajaranya, aturanya, dan hukumnya.....
Halal... haramnya....!
Belilah suaranya, teriaknya...
Penuhilah sakunya...
Jabatlah tanganya...
RAngkullah... dekaplah...
Asal.. asal melepaskan identitasnya...
HAM-nya
Sibghah-nya
Vokalnya.....
Kami generasi yang menjelama menjadi generator-generator baru
Bersama kau.... robot-robot profesional
Siap menjadi tumbal
Ilmu tak peru dicari
Orang berilmu boleh dibeli
Denagn kertas "bernol" atau pistol, materil atau bedil....
Rangkullah..... para penggede...
Wahai... idolaku
Wahai tukang bade'!
Biarkanlah ummat
Hancurkanlah ummat
Anggaplah mereka yang berani mengoreksi,
Tak tau... tak mengerti...
Mereka iri
Mereka kecewa
Mereka arisan sakit hati
Cukup "suntik mati" dengan surat sakti
Pelan-pelan tapi pasti
Surat sakti, suntik mati
Pelan-pelan tapi pasti.....
Anda berjasa....
Wahai...!
Penyambung lidah kami yang berputus asa dan pasrah
Karena....
Asap dapur kami tetap redup
Tak menyala tak berubah....
Kami harus menipu diri sendiri
Kami harus memekik-kan terima kasihku
Kutulis ini demi...
Terima kasihku!
Aku kini masuk teve...
Wajahku kini tampak dilihat anak bini...
Wartawan menginterview...
Aku dapat bergaya, berlagu
Biniku tambah ramah dan ayu...
Pantas berpose... luwes merayu...
Biasa!
Tak apalah!
Negara kita bukan negara agama...
Jajan boleh asal tidak mendua...
Pinjam boleh asal ke rumah tak dibawa...
Selingan boleh asal jangan warisan
Tetap... buat anak, buat saya...
Negara kita bukan negara agama!
Teruskanlah monopoli
Telanlah negara ini
Kalau turun pelan... pelan... pelan...
25 tahunlah.....! 30 tahunlah.....! 32 tahunlah.....!
Agama direkayasa
Penganut agama dikasih jasa
Jangan berkuasa...,
Kita bangsa majemuk
Harus cerdas dalam mengamuk
Asal Bapak senang
Asal Babe senang
Boleh beribadat.....
Boleh bermaksat.....
Boleh mengaji....
Boleh menari....
Gontor, Mei 31,'15